Saya ingin tahu apakah ada survey yang meneliti tentang
peringkat kota di dunia yang paling
membuat penduduknya stress. Kalau ada, boleh jadi kota Jakarta masuk di
dalamnya.
Bagaimana tidak, ambil contoh saja perso alan macet sudah
menjadi menu sehari-hari penduduk kota Jakarta. Entah sudah berapa kali sang gubernur berganti wajah den gan
mengusung masalah macet dan banjir, nyatanya
belum juga terlihat perubahan yang berarti.
Sungguh membingungkan ketika dulu istilah macet karena ada
si Komo lewat, padahal si komo sudah dibujuk oleh pemiliknya untuk tidak lewat
nyatanya Jakarta masih tetap macet. Begitu pula ketika ada propaganda untuk
menyerahkan masalah pada ahlinya dan si ahli sudah diberi kesempatan untuk
menanggulangi ….tetap saja Jakarta masih
macet
Yang paling membuat geregetan
adalah ternyata macet tidak melulu di
jalan yang mengarah ke pusat perkantoran
atau
perkulakan , bahkan untuk sekedar
mengantar anak ke sekolah yang berada di lingkungan perumahan juga menghadapi
situasi yang sama.
Singkat kata macet ada di mana-mana, di jalan raya umum,
jalan tol, jalan alternatif bahkan di jalan tikus sekalipun. Nah , terperangkap
dalam kemacetan jelas berpotensi membuat orang jadi stress. Celakanya, stress
yang berkelanjutan mengundang penyakit
gampang tersinggung, gampang marah, masa
bodoh, dan penyakit yang lain, bahkan hati yang lembut bisa berubah jadi keras.
Walaupun ada juga sisi positif dari kebiasaan macet yaitu
kita jadi terbiasa mengatur waktu bila
ingin bepergian atau menghindari jalan
yang berpeluang macet dengan menemukan jalan alternatif yang
lain, namun kemacetan seringkali sulit di hindari.
Itulah mengapa saya sangat berharap banyak pada gubernur DKI Jakarta yang akan
datang. Menurut saya sehubungan dengan predikatnya sebagai daerah khusus
ibukota, ke “khusus” annya membuat
Jakarta adalah milik kita bersama. Sehingga yang akan menjadi gubernur DKI Jakarta boleh saja dari asli Jakarta atau
dari daerah luar jakarta.
Bagaimana seharusnya kota Jakarta ini ditata, seharusnya
menjadi bahan ulasan dari para peserta yang ingin menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta. Cobalah secara terbuka menjelaskan apa yang menjadi rencana kerja
dengan menyampaikan fakta-fakta yang ada di lapangan, ibarat seorang mahasiswa
yang ingin meraih gelar sarjana, detil program kerja berikut ulasan-ulasan itulah yang diuji oleh juri yang akan
menentukan apakah bakal calon ini lolos menjadi calon gubernur.
Supaya adil dan bebas kolusi, para juri harus terdiri dari
orang –orang ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang pengelolaan sebuah
kota dan seluruh berkas yang masuk hanya
mencantumkan kode yang formulanya hanya
diketahui oleh komite pemilihan gubernur.
Pemilik berkas –berkas yang terbaik dan lolos ujilah yang
akan maju menjadi calon gubernur, tentunya disamping memenuhi syarat-syarat
yang lainnya.
Sedemikian seriusnya seorang calon gubernur diuji adalah dalam
rangka mencari calon gubernur yang
benar-benar ahli dan memahami kota
Jakarta. Karenanya, seorang calon gubernur Jakarta harusnya tidak hanya
mengandalkan popularitas , jumlah pendukung apalagi bersandar pada nama besar
partai yang mengusungnya.
Nah, selanjutnya komite pemilihan gubernur membuat publikasi
para calon gubernur dan wakilnya berikut menampilkan mereka dalam
acara debat kandidat yang disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi agar masyarakat mengenal lebih dekat calon
gubernur yang akan dipilihnya.
Dengan demikian, himbauan kepada penduduk Jakarta untuk menjadi pemilih cerdas
juga ditunjang oleh kesiapan calon gubernur
yang memang handal.
Selamat menjadi pemilih cerdas.
( oleh : Dewi Damayanti )
0 komentar:
Posting Komentar